Description

Berdasarkan sejarah, Goa Maria Sendang Padang Bulan pada awalnya adalah tempat untuk pengungsian bagi para Pastor, Suster serta masyarakat lainnya pada masa penjajahan Belanda tahun 1949.

Pada mulanya yaitu ketika tiga orang tentara sebagai utusan Komandan TNI mendatangi Gereja yang salah satunya bernama Sudadi menyampaikan pesan sekaligus permintaan kepada Para Pastor,  Karena diperkirakan tentara Belanda akan memasuki wilayah Pringsewu, maka dari itu agar tentara Belanda nantinya tidak akan memanfaatkan Komplek Gereja sebagai markas,  maka diminta keikhlasan Pastor untuk mengungsi dan mengizinkan anggota TNI untuk membumihanguskan Komplek Gereja. “Yah, jika memang itu sudah merupakan siasat TNI, maka kami sebagai warga negara tentu akan mentaati, hanya saja mengingat bahwa disini tinggal cukup banyak orang, kami minta waktu sebentar untuk mencari tempat mengungsi”. Jawaban yang diberikan oleh Romo Padmoseputro, PR saat itu.

Setelah melalui berbagai pertimbangan maka dipilihlah Padang Bulan sebagai tempat pengungsian karena dipandang lebih aman dan lebih pas karena lokasi tersebut pada waktu itu masih hutan dan adanya sumber mata air atau sendang sebagai sumber kehidupan pada saat pengungsian dan juga dikarenakan waktu itu TNI bermarkas di seberang sungai Way Sekampung yang tidak jauh dari Desa Padang Bulan, sehingga Komunikasi dengan sesama pejuang lebih mudah terjangkau. Adapun pastor yang memimpin pengungsian adalah Pastor Yoh. Padmoseputro, PR.

Begitu evakuasi selasai maka pembumihangusan dimulai, berawal dari pastoran yang langsung ludes dilalap api, kemudian menyusul komplek Gereja, tetapi begitu bahan bakar ditumpahkan pada bagian atas gedung ternyata gedung tersebut tidak bisa terbakar, diduga terburu-buru karena tentara Belanda sudah semakin dekat atau dikarenakan adanya factor lain sehingga akhirnya gedung Gereja dan Susteran batal untuk dibumihanguskan. Begitu Belanda datang maka komplek ini dijadikan markas Tentara.

Pada masa itu di Padang Bulan juga ada beberapa Pejabat Negara yang ikut mengungsi, beberapa Pejabat Pemerintah yang mengungsi diantaranya Pak Santjaja sebagai pegawai Departemen Keuangan dan keluarganya, Pak Djuki seoarang Komisioner Polisi dan Pak Ramelan seorang Kawedan beserta Keluarga. Kegiatan Pemerintahan  yang terlihat ialah yang dilakukan oleh Pak Santjaja, beliau mencetak uang ORI yakni Oeang Republik Indonesia, ini merupakan bagian dari perjuangan.

Untuk mengenang sejarah di desa Padang Bulan terhadap Gereja, maka umat dan Dewan Paroki Pringsewu mempunyai gagasan untuk membuat Padang Bulan sebagai lokasi tempat ziarah. Akhirnya didirikanlah tempat ibadah bagi umat Kristiani dan diberi nama Goa Maria Sendang Padang Bulan. Tempat ini diyakini umat Katholik merupakan petilasan penampakan Bunda Maria.

Video

Gallery

There are no reviews yet.

Be the first to review “Goa Maria Padang Bulan”

Your Rating for this listing
Choose to rate